Tuesday, February 11, 2014

Perbedaan antara web 1.0, web 2.0 dan web 3.0

Tugas Individual 7a
Perbedaan antara web 1.0, web 2.0 dan web 3.0

Web 1.0 merupakan teknologi awal dari website. Dimana Web 1.0 ini pada penggunaanya sebagai media informasi hanya menampilkan suatu informasi dimana penggunanya hanya dapat membaca saja informasi yang ada didalamnya. Karena aktifitasnya hanya sebatas searching sehingga memiliki keterbatasan pada Web 1.0 yang mengharuskan pengguna internet untuk datang ke dalam website tersebut dan melihat satu persatu konten di dalamnya Bahasa yang digunakan pada web ini masih berupa HTML saja.
Beberapa ciri khas dari situs Web 1,0 termasuk:
1. Halaman statis, bukan dinamis pengguna-konten yang dihasilkan.
2. Penggunaan framesets.
3. Milik HTML ekstensi seperti dan tag diperkenalkan pada awal perang browser.
4. Online guestbook.
5. GIF tombol, biasanya 88
31 piksel dalam ukuran web browser dan mempromosikan produk lain.
6. Pengguna akan mengisi formulir, dan setelah mereka mengklik mengirimkan email klien akan mencoba untuk mengirim email yang berisi formulir rincian.

Web 2.0 muncul yang merupakan revolusi bisnis di industri yang disebabkan penggunaan internet sebagai platform dan merupakan suatu percobaan untuk memahami aturan untuk mencapai keberhasilan platform baru. Secara garis besar, web 2.0 bersifat read-write. Jadi, pada era web 2.0 ini pengguna internet terutama pada website tidak terpaku hanya ingin menulis untuk orang lain atas namanya sendiri, tetapi digunakan untuk saling berbagi ilmu atau yang lainnya sehingga dapat terbentuk suatu komunitas secara online dan tidak bersifat indivudual.

Web 3.0 adalah revolusi web pada saat ini, atau disebut juga sebagai semantic web, dimana hubungan dunia TI dan telekomunikasi sangatlah dekat. Web 3.0 juga membutuhkan kecepatan internet yang memadai dan spesifikasi komputer yang lebih baik karena kebutuhan akan grafis atau tampilan yang ada pada web 3.0, yaitu visual yang berbasis 3D. web 3.0 ini masih dalam pengembangan, dan saat ini dikembangkan oleh secondlife, Google Co-Ops, bahkan di Indonesia sendiri juga sudah ada yang mulai mengembangkannya, yaitu Li’L Online (LILO) Community. Dan web 3.0 ini tidak hanya diekspresikan di dalam bahasa alami yang tidak dimengerti manusia, tetapi juga dalam bentuk yang dimengerti, diinterpretasi dan digunakan oleh software agents (perangkat lunak). Jadi, tujuan utama aweb 3.0 ini adalah perangkat lunak akan mampu mencari, membagi dan mengintegrasikan informasi dengan cara yang lebih mudah. Pembuatan web 3.0 ini dimungkinkan dengan adanya sekumpulan standar yang dikoordinas oleh W3C (World Wide Web Consortium). Dan standar yang paling penting untuk web 3.0 adalah XML, XML Schema, RDF OWL dan SPARQL.

Monday, February 10, 2014

Strategi Teknologi dan Komunikasi Nasional 2010-2014



Rangkuman “Strategi Teknologi dan Komunikasi Nasional  2010-2014”
Tugas Kelompok 5a Nunu, Mahmudah, Sisca Kelompok 9

            Strategi TIK sudah lama direncanakan pemerintah. Di dalam usahanya memperkenalkan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional, Pemerintah menetapkan Nusantara 21 (1986-    ), Kerangka Teknologi Informasi (1999-    ), sistem Informasi Nasional (2004-    ), Strategi e-Indonesia (2006-     ). Usaha yang terakhir ini dimaksudkan agar teknologi informasi dan komunikasi untuk percepatan pembangunan nasional. Terakhir dengan penajaman mandat detiknas (Keppres No. 20 tahun 2006) dengan merumuskan beberapa hal. Mandat tersebut merumuskan beberapa hal. Dalam 2 tahun (2006-2008) pemerintah telah melakukan beberapa usaha: (1) Konsolidasi yang menghasilkan: Dewan TIK Nasional yang diketuai presiden, implementasi 3G, inisiatif e-announcement, cetak biru SDM TIK Nasional. (2) Kampanye Dasar TIK yang telah menghasilkan: UU ITE, Standar Interoperabilitas e-Govt, arsitektur interoperabilitas, standar digitalbroadcast, inkubator TIK, implementasi e-learning, tahun diskon TIK, e-Procurement, standar kompetensi, profesi SDM TIK. (3) Akselerasi TIK 1 yang menghasilkan: affirmative action untuk industri DN, NSW, E-anggaran. (4) Akselerasi TIK 2 yang menghasilkan: Konvergensi UU TIK, NIN, Palapa Ring, e-learning, link & match education and industry. (5) Asean ICT leading nation yang merencanakan beberapa hal namun belum terealisasikan. Usaha-usaha tersebut dimaksudkan untuk mewujudkan TIK untuk daya saing bangsa dan TIK untuk semua. Setelah itu ada program flagship (2006-   ) yang ada dibawah tanggung jawab beberapa kementerian dalam negri. Program tersebut dilanjutkan menjadi beyond flagship yang mempergunakan internet sebagai acuannya.
            Disamping itu, TIK nasional memiliki permsalahan-permasalahan dalam pengembangannya, diantaranya adalah: (1) Terbengkalainya kesempatan pengembangan industri TIK (2) Koordinasi antar instansi pemerintah dalam memanfaatkan TIK masih lemah (3) Integrasi infrastruktur, aplikasi dan data belum terbentuk (4) Kebijakan dan peraturan TIK masih lemah (5)Sumber daya TIK belum memadai (6) Visi TIK pemerintah belum terbentuk (7) Sumber daya budget pemerintah untuk pemanfaatan TIK belum terkonsolidasi (8) Kebijakan dan regulasi TIK belum lengkap dan enforcement masih lemah (9)Konten berbasis TIK masih sangat minim.
            Sasaran TIK sendiri meliputi: Terbentuknya government Backbone menjadi National Backbone, Terkonsolidasinya budget TIK Nasional, terbentuknya critical mass pemilik komputer dan pengguna internet sehingga menarik bagi industri untuk menyediakan infrastruktur sampai ke last mile level, terbentuknya critical mass aplikasi yang dikembangkan secara domestik, sehingga industri tertarik untuk menyediakan layanan jasa TIK, terbentuknya critical masskonten TIK sehingga menarik bagi industri untuk mengembangkan domestic content.
            Dari semua usaha-usaha usaha pemerintah dalam memperkenalkan TIK, terdapat beberapa dampak jangka panjang TIK terhadap kinerja ekonomi, antara lain: penggunaan TIK meningkatkan daya saing bangsa, meningkatkan kualitas layanan pemerintah, meningkatkan proses bisnis dan mengurangi beban administrasi pemerintah, meningkatkan efisiensi, efektifitas dan produktivitas pada administrasi publik.

Cetak Biru Pengembangan Teknologi dan Komunikasi (TIK) Depdiknas



Rangkuman “Cetak Biru Pengembangan Teknologi dan Komunikasi (TIK) Depdiknas”
Tugas Kelompok 5a Nunu, Mahmudah, Sisca Kelompok 9

            Sudah sangat jelas bahwa Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memiliki latar belakang, visi dan misi, tujuan, fungsi dan lingkup sistem, manfaat TIK Depdiknas yang sangat dibutuhkan untuk kemajuan, kemakmuran dan daya saing suatu bangsa. karena hal tersebut adalah salah satu ciri dari perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada abad ke-21 ini. Bahkan kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi dapat menjadi elemen dasar dalam kehidupan makhluk hidup di muka bumi ini. Banyak sekali manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat luas, contohnya dalam bidang pelayanan publik seperti pelayanan di rumah sakit, pelayanan pendidikan dalam hal administrasi, dsb. Ini menyebabkan efektivitas dan efisiensi pelayanan/pekerjaan akan semkin baik dan akan semakin banyak orang yang terkena dampak positif akan kemajuan TIK ini.
            Depdiknas sendiri telah melakukan berbagai upaa untuk memperkenalkan Teknologi Informasi dan Komunikasi dari sejak lama. Dari tahun 1999-2004 DEPDIKNAS telah beberapa kali melakukan program pengenalan TIK seperti: Jarnet (Jaringan Internet Sekolah), JIS (Jaringan Informasi Sekolah), WAN (Wide Area Network), MTU (Mobile Training Unit), Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI), TIK Center, Maintence and Repair Information Technology (MRIT), dsb. DEPDIKNAS juga menyediakan program internet dan website di beberapa sekolah dan menjalin kerjasama dengan beberapa pihak dalam pengembangang teknologi, seperti: CISCO, Microsoft, Micromedia, dsb.
            Dalam melakukan penerapan sistem Teknologi Informasi dan Komunikasi, pemerintah mengalami kendala-kendala dalam perkembangannya, salah satunya yakni terjadi tumpang tindih kepentingan program satu dengan program lainnya di tingkat daerah. Maka dari itu, pemerintah melakukan kebijakan yang dilakukan oleh tim konsultan Blueprint Information Communication Technology.
            Diharapkan dari cetak biru Teknologi Informasi dan Komunikasi di lingkungan DEPDIKNAS akan menjadi terpadu, berdaya guna, mandiri dan transparan, serta akuntabel.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2010-2014



Rencana Strategis  “Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2010-2014”
Tugas Kelompok 5a Nunu, Mahmudah, Sisca Kelompok 9

            Visi Renstra Kemendikbud 2010-2014 adalah tersedianya layanan prima pendidikan dan kebudayaan untuk membentuk insan Indonesia yang cerdas dan beradab.
            Misi Renstra adalah Meningkatkan ketersediaan layanan Pendidikan dan Kebudayaan , Memperluas keterjangkauan Layanan Pendidikan, Menignkatkan kualitas layanan Pendidikan dan Kebudayaan, Mewujudkan kesetaraandalam memperoleh layanan pendidikan, menjamin kepastian/keterjaminan memeproleh layanan pendidikan dan mewujudkan kelestarian dan memperkukuh kebudayan Indonesia.
            Tujuan Strategis Renstra adalah (1) tersedia dan terjangkaunya layanan PAUD bermutu dan berkesetaraan. (2) Terjaminnya kepastian memperoleh layanan pendidikan dasar bermutu dan berkesetaraan. (3) Tersedia dan terjangkaunya layanan pendidikan menengah yang bermutu, relevan dan berkesetaraan. (4) Tersedia dan terjangkaunya layanan pendidikan tingkat bermutu, relevan, berdaya saing internasional dan berkesetaraan. (5) Tersedia dan terjangkaunya layanan pendidikan orang dewasa berkelanjutan yang berkesetaraan, bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakat. (6) Terwujudnya penerapan nilai-nilai lhur budaya Indonesia yang mencerminkan jati diri bangsa bermartabat. (7) Tersedianya sistem tata kelola yang andal dalam menjamin terselenggaranya layanan prima pendidikan dan kebudayaan.
            Sasaran  strategis renstra kemendikbud adalah: (1) Pembangunan satuan pendidikan (penyediaan sarpras) (2) Penyediaan peningkatan mutu PTK (3) Penyediaan subsidi pendanaan (4) Penyempurnaan sistem pembelajaran (5) Penguatan/peningkatan manajemen (6) Peningkatan mutu pengembangan, pembinaan dan pelindungan kebudayaan kebahasaan dan kesastraan.
            Arah kebijakan renstra kemendikbud adalah (1) Pelestarian dan pengelolaan kebudayaan sebagai jati diri bangsa (2) Penyelarasan pendidikan dengan kebutuhan DUDI (3) Akselerasi pembangunan pendidikan dan kebudayaan daerah 3T (4) Koordinasi antar K/L pemerintah serta pusat dan daerah. Mengenai reformasi birokrasi (1) Penguatan dan perluasan pendidikan non formal dan informal (2) Penguatan kemitraan strategis masyarakat dan dunia usaha (3) Penyediaan buku teks murah rasionalisasi pendanaan pendidikan penelitian dan pengabdian masyarakt. (4) Penguatan dan perluasaan pemanfaatan TIK (5) Peningkatan kualitas dan kapasitas Sarpras (6) Penguatan sistem evaluasi, akreditasi dan sertifikasi pendidikan (6) Pendidikan kreatif, inovatif, sportif dan wirausaha (7) Penerapan pendidikan akhlak mulia dan karakter bangsa (8) Pemberdayaan kepsek dan pengawas sekolah (9) Peningkatan mutu LPTK dan lulusannya (10) Peningkatan kualifikasi dan sertifikasi pendidik.
            Terdapat beberapa program kegiatan yang direncanakan pemerintah. 6 Kegiatan untuk PAUD, 5 kegiatan untuk DIKDAS, 5 kegiaatan untuk DIKMEN, 9 kegiatan untuk DIKTI, 9 kegiatan untuk KEBUDAYAAN, 7 kegiatan untuk BADAN PSDMPK & PMP,  3 kegiatan untuk BADAN PP BAHASA, 6 kegiatan untuk BALITBANG, 12 kegiatan untuk SETJEN, dan 6 kegiatan untuk ITJEN.
           

Naskah Akademik Kurikulum Masa Depan Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi



Tugas Individu 4a MPB14

Rangkuman dan Ulasan bacaan “Naskah Akademik Kurikulum Masa Depan Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi”.

Rangkuman
            Melalui bacaan, secara jelas bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih jauh dibandingkan dengan negara-negara maju. Hal ini berkaitan dengan kurikulum pendidikan di Indonesia yang masih belum siap dalam mempersiapkan generasi penerus bangsa. Menurut bacaan, hal ini disebabkan salah satunya oleh teknologi informasi dan komunikasi yang masih belum diterapkan bahkan di tingkat pemerintahan dan pelayanan publik. Maka dari itu, good government atau coorporate gorvernance tidak dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Begitupun dalam bidang pendidikan. Masih banyak para guru-guru yang belum mengerti teknik menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Padahal TIK sendiri sudah sangat jelas perangkatnya seperti telah disebutkan di dalam bacaan terdapat dasar hukum, peranan TIK untuk pendidikan, karakteristik teknologi informasi dan komunikasi. Sudah jelas bahwa TIK memfasilitasi proses belajar mengajar yang efektif dan efisien yang berimbas kepada mutu pendidikan yang lebih baik.
Ulasan
            Berkenaan data tentang belum efektifnya penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia, jelas terlihat bahwa teknologi informasi dan komunikasi belum digunakan secara optimal di segala bidang, khususnya di bidang pendidikan. Masih banyak sekolah-sekolah yang bahkan masih belum mempunyai perangkat komputer karena belum mengerti manfaat dari menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk proses belajar mengajar. Atau sebuah sekolah yang sudah mempunyai perangkat komputer belum dapat digunakan karena berbagai faktor. Selain itu, para guru di sekolah sebagai fasilitator dalam TIK pun terlihat belum begitu akrab dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Kekurangan tenaga terlatih sangat diperlukan agar implementasi teknologi informasi dan komunikasi tidak salah pencapaian dan akibatnya tidak membuat peserta didik sangat kesulitan dalam menggunakan sistem ini. Lebih lanjut, digital divide sangat dirasakan terutama pada sekolah-sekolah yang bonafit dan sekolah-sekolah yang tertinggal. Belum meratanya pendidikan juga menjadi faktor akses yang berbeda yang tentu menunjukkan belum meratanya teknologi informasi dan teknologi yang berimbas pada mutu pendidikan kita.

Pengembangan Kurikulum 2013



Tugas Individu 4a MPB14 Sisca Marlina Elisabeth
Rangkuman dan Ulasan bacaan “Pengembangan Kurikulum 2013”

Rangkuman
            Data menunjukkan bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih rendah, maka dari itu pemerintah melakukan strategi pengembangan pendidikan seperti wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, pendidikan menengah universal, memperpanjang jam belajar di sekolah, dsb. Salah satunya adalah upaya perbaikan dan pengembangan kurikulum. Terjadi beberapa perubahan dari kurikulum yang lama dan pengembangan menjadi kurikulum yang baru. Kurikulum yang baru disebut kurikulum 2013 dimana kurikulum 2013 ini adalah penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya. Penyempurnaan ini disebabkan oleh kurikulum yang lama tidak sesuai dengan kondisi saat ini. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi saat ini dengan kondisi ideal (yang seharusnya). Misalnya beban belajar yang terlalu berat. Di dalam kurikulum yang baru ada beberapa mata pelajaran yang diintegrasikan dan ada beberapa bidang studi yang dikurangi atau ditambah jam pelajarannya. Kurikulum juga tidak bisa jalan sendiri tanpa adanya faktor pendukung keberhasilan implementasi kurikulum seperti pengembangan guru, pembinaan dan pengawasan, penguatan manajemen dan budaya sekolah.
Ulasan
            Perubahan dan penyempurnaan kurikulum yang tepat memang sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan Indonesia seperti yang disebutkan dalam bacaan bahwa kurikulum yang lama tidak lagi sesuai dengan kondisi saat ini. Terdapat 4 hal, yaitu tantangan masa depan (globalisasi, kemajuan teknologi, dsb.), kompetensi masa depan (kemampuan berpikir jernih dan kritis, memiliki kesiapan dalam bekerja, dsb.), fenomena negatif yang mengemuka (perkelahian pelajar, narkoba, korupsi,dsb.) dan persepsi masyarakat (beban siswa terlalu berat, kurang bermuatan karakter). Pendidikan moral yang kurang juga menjadi salah satu kondisi ideal (yang seharusnya) yang kurang diterapkan di dalam sekolah saat ini. Dengan adanya penyempurnaan kurikulum ini diharapkan peserta didik dapat lebih siap dalam menghadapi keempat hal tersebut termasuk dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi (ICT). Sekarang pelajaran ICT di sekolah sudah diintegrasikan. Namun semuanya itu tidak dapat secara efektif dilaksanakan bila faktor-faktor pendukung seperti guru yang mumpuni, sarana prasarana yang memadai, dll tidak dapat terpenuhi. Yang lebih penting, supervisi (pengawasan) yang baik dan terus-menerus akan menjadi tolak ukur sudah sejauh mana keberhasilan kurikulum sudah sesuai digunakan.